September 10, 2009

Bus yang sama..

Saya duduk kursi paling belakang , di pojok kiri . Bus tidak penuh seperti biasanya , kali ini sedikit lengang , dan banyak bangku - bangku kosong . Jendelanya saya biarkan terbuka sehingga angin masuk meniup rambut saya dengan kencang . Dari balik jendela , matahari bersinar amar terik , langit berwarna biru cerah , awan bergumpal - gumpal membentuk benda - benda imajinasi dalam otak kita , dan hamparan sawah hijau melebar menjauh , dibatasi gunung jauh diujungnya .
Dengan alunan lagu Kiss me Goodbye - Angela Aki , saya menikmati perjalanan saya menuju sekolah yang jaraknya 100km pulang-pergi..


========================================================

Jakarta , 10 September 2009 , suhu siang ini ialah 33oC . Dalam perjalanan pulang dari tempat kursus , saya bersama seorang teman mengantri di halte busway , menunggu bus yang akan membawa kami pulang . Antriannya panjangnya bukan main , semua orang terlihat kesal , dan kepanasan . 33oC !! Siapa yang bisa tahan berlama - lama dijemur di teriknya matahari tropis yang lembab ?!
"Musim apa sekarang seharusnya ?" tanya saya .
Dengan entengnya , Ia menjawab , "Abad 21 sudah tidak ada musim !"
Saya tertawa mendengar jawaban konyol yang penuh makna itu . Penuh makna karena kalimat itu memiliki banyak interpretasi : sindiran kepada orang - orang yang berkuasa karena sudah merusak bumi , atau bisa juga curahan hati yang sudah terlalu lama dipendam karena seringkali ia membawa payung namun tidak jadi hujan , dan ketika membawa payung hujan deras selama 2 jam lebih , atau bisa juga candaan belaka .
Salah seorang teman kelahiran Indo namun besar di Amerika bahkan kulitnya terkelupas waktu peratama - tama Ia tinggal disini . "Terlalu lembab disini , maan." katanya kesal tapi santai .

Ketika akhirnya bus datang , dan saya mendapat tempat duduk , saya memilih untuk memjamkan mata saya , mencoba tertidur . Betapa nyamannya , pikir saya . Bus full A.C. , kursi yang nyaman , supir yang professional . Saya hanya perlu tidur sepanjang perjalanan Jakarta - Tangerang .
Sudah setengah jam lebih ketika saya terbangun dan bus sedang menekan klaksonnya kencang - kencang karena ada bus yang memasuki jalur busway , parahnya bus itu berhenti seenaknya menunggu penumpang yang hendak naik !! Saya ikut kesal seperti penumpang lainnya . Namun ketika saya melihat bus itu , tiba - tiba , saya merasa aneh karena sudah merasa kesal . Bus itu berwarna merah , sopirnya berhenti semau - maunya , penumpangnya dijejali seperti ayam , dan keneknya dengan lagak preman memelototi sopir - sopir yang mengklakson ke arah busnya . Apa yang spesial dengan bus ugal - ugalan , atau yang juga disebut bus pengantar nyawa itu , bagi saya ?

========================================================

Sudah pukul 6 lebih 15 menit , tapi bus yang saya tunggu belum juga datang . Warnanya merah atau hijau , orang - orang menyebutnya bus pengatar nyawa . Karena di jalanan bus itu jalan semaunya . Salib sana salib sini , 120km/jam ketika jalan tol sepi!! Penumpangnya penuh sesak , mulai dari pegawai negri , pedagang buah - buahan , anak sekolahan sampai motor bebek ! Namanya bus "Murni" . mau tahu berapa ongkos sekali jalan dari Tangerang ke Serang untuk anak sekolahan ? RP. 5,000 !!! Saya sudah menunggu setengah jam di pintu masuk tol Serang Barat , namun bus itu tidak juga datang . Bisa sampai rumah jam 8 saya ! pikir saya kesal .





Matahari sudah mulai gelap , orang - orang sudah mulai sepi , dan udara menjadi lebih dingin . Perut saya keroncongan minta makan . Sementara uang yang ada di kantong seragam saya hanya cukup untuk membawa saya pulang ke tangerang .
Dengan hati menggerutu , saya mulai menyalahkan bus sialan yang jadwalnya tidak teratur itu . Sementara orang - orang semakin sedikit , saya mulai menyalahkan keadaan , "kenapa saya harus bersekolah di kota sialan ini" yang jaraknya puluhan kilometer dari rumah saya . Dan ketika bintang - bintang bermunculan satu - persatu , saya mulai menyalahkan Tuhan karena semua hal buruk yang sedang saya alami dalam hidup saya .

Saya merenungi diri saya . Lihat , saya sedang duduk di pinggir trotoar , dengan seragam SMA yang lusuh dan keluar - keluar , belum pulang ke rumah padahal sudah jam setengah 7 malam !! Dimana saya ?! Sewaktu di sekolah terbaik dulu , ketika dengan nyamannya saya duduk di dalam mobil jemputan , dalam perjalanan pulang ke rumah , sering kali saya melihat anak - anak kampung bergerombolan duduk di pinggir jalan , sampai petang hari mereka tidak pulang ke rumah . Saya juga sering melihat mereka berlarian mengejar bus kota . Pikiran saya waktu itu adalah , tidak adakah yang memperhatikan mereka ? mereka pasti bau karena harus lari mengejar bus , belum lagi di dalam bus mereka harus berjejal - jejalan . "jangan sampai saya seperti itu !"
Ada kekesalan yang kuat di dalam hati saya . Kemarahan yang tak tahu harus saya limpahkan kepada siapa , atau apa penyebabnya .






Anak yang waktu itu dengan jijik melihat anak lain duduk - duduk di pingir jalan sampai petang dan berjejalan di dalam bus , kini sedang duduk di pinggir trotar dekat gerbang tol , menunggu bus yang harus ia kejar saat ia mau menaikinya dan berjejalan di dalamnya !

Siapa yang harus disalahkan ?

Siapa yang harus disalahkan kalau tidak ada lagi sekolah di kotanya yang mau menerimanya
untuk bersekolah lagi ? Siapa yang harus disalahkan kalau ia pernah bersekolah di sekolah terbaik dan kini ia bersekolah di ujung bumi lainnya yang tidak diketahui seorangpun ?

Sudah hampir pukul 7 ketika bus yang saya tunggu - tunggu itu datang . Di dalamnya sudah terlalu banyak orang untuk ditambah 10 penumpang lainnya . Saya berdiri di tengah - tengah , anak - anak sekolahan selalu disuruh berdiri di tengah , atau duduk di pojok belakang bus , bukan di kursi , belakangnya kursi yang paling belakang , tempat orang - orang menaruh barang - barang , hanya karena kami membayar setengah dari para penumpang lain . Kelaparan , kelelahan , dan kesal saya berdiri berjejalan .



langit sudah gelap pekat , lampu di dalam bus dinyalakan . Semua orang diam karena kelelahan melalui hari yang berat , hanya suara mesin bus yang keberatan dan dipaksa melaju kencang yang terdengar . Angin malam yang kencang berhembus dari jendela atas bus , meniup rambut saya , saya memandang refleksi wajah saya di kaca jendela . "Apa ini yang rasanya menjadi orang dewasa ?"
Tidak terasa saya sudah berumur 17 tahun . Wajah saya sudah tidak seperti anak - anak lagi , garis - garisnya menegas . Dada saya sudah membidang , dan tungkai - tungkai tangan saya sudah berotot . Saya menjadi sedikit pendiam dibanding beberapa tahun lalu .
Dan saya menyadari , bahwa orang dewasa jarang sekali berbicara . Apakah saya mulai beranjak dewasa ? Sampai - sampai saya tidak menyadari indahnya bintang - bintang yang bertaburan di langit, malam ini , padahal sewaktu kecil dulu saya mampu mendongakkan kepala saya bermenit - menit hanya untuk melihat bintang . Apa begini rasanya bertumbuh dewasa , harus menahan rasa lapar yang tak tertahankan sementara tidak ada seorangpun yang bisa kita mintai makan ? Apa begini rasanya menjadi dewasa , tak mengeluh ketika harus berdiri berjam - jam karena tidak mendapat tempat duduk ?



Lagipula , kalau diingat - ingat, tidak setiap hari juga saya harus berdiri berjejal - jejalan seperti ini. ada kalanya saya bisa duduk di tempat yang saya mau , sambil memandangi langit biru , dan deretan sawah hijau yang membentang luas sepanjang jalan.
========================================================

Saya ikut kesal seperti penumpang lainnya . Namun ketika saya melihat bus itu , tiba - tiba , saya merasa aneh karena sudah merasa kesal . Bus itu berwarna merah , sopirnya berhenti semau - maunya , penumpangnya dijejali seperti ayam , dan keneknya dengan lagak preman memelototi sopir - sopir yang mengklakson ke arah busnya .

Tiba - tiba , senyum merekah di bibir saya , lebar sekali . Itu Murni ! pekik saya dalam hati . Biarlah dia berhenti sesukanya , mengambil penumpang semaunya di tengah jalan dan membuat orang - orang kesal . Haha..










Tidak ada komentar:

Posting Komentar