April 23, 2009

Tidak boleh jadi biasa saja , Saya Janji...

Jika ada 2 orang yang mati buat kamu , apakah hidupmu akan biasa - biasa saja ?

Kalau kehidupan saya dibuat film , sudah hampir pasti , kalimat itulah yang akan menjadi taglinenya . Coba sekali lagi di baca , Kalau ada 2 orang yang mati buat kamu , apakah hidupmu akan biasa - biasa aja ? 

Yeah , itu yang terjadi dalam kehidupan saya yang tidak biasa ini . ADa 2 orang yang sudah rela mati untuk saya . Agar hidup saya menjadi lebih baik . Agar saya tidak menderita , dan agar saya tidak mengalami apa yang seharusnya saya alami . 

* * *

Sewaktu kecil dulu , saya pikir saya anak paling bahagia di dunia . Saya anak bungsu dari 4 bersaudara (sebelum Brenda, adik saya dilahirkan ketika saya berumur 9 tahun), dan perbedaan umur saya dengan kakak yang terdekat terpaut 5 tahun . Mainan yang saya inginkan , pasti dibelikan . Saya diberikan makanan yang penuh gizi setiap hari ! Susu yang harganya selangit , dan saya disekolahkan di Sekolah yang bukan tempat untuk kalangan kami bersekolah . 

Waktu saya kecil , Papa bekerja sebagai seorang kontraktor di sebuah perusahaan . Pulang ke rumah beberapa kali dalam sebulan , kami hidup dengan layak , meskipun amat sederhana . Sampai akhirnya krisis ekonomi melanda , dan ia , yang hanya memiliki ijazah SD pun harus rela di depak dari perkerjaannya . Dan mulailah Mama yang memegang kendali keuangan keluarga .

Waktu itu saya di SMP . Bersekolah di tempat dimana anak - anak dari orangtua berada bersekolah . Semua teman saya memiliki rumah dan mobil masing - masing . Sementera keluarga kami harus menumpang di rumah nenek ! Kehidupan waktu itu berat rasanya . Keadaan yang kontras di sekolah dan di rumah membuat saya mengalami apa yang saya sebut 'contrast-condition-syndrome' . Entah mengapa saya merasa jijik melihat pekerjaan Mama yang menjual gado - gado di pinggir jalan (padahal omzet di hari libur bisa mencapai 500,000 per hari!!) . Hubungan saya dan Papa tidak berjalan dengan baik . Ia selalu menganggap saya anak pintar yang sok dan tak mau menghargai orang lain . Seringkali kami beradu mulut , Ia akan mulai engatai saya anak tak tahu diri , dan saya akan menjawabnya dengan kata - kata yang tidak seharusnya saya ucapkan , 'APa namanya kalau bukan tidak bertanggung jawab ! Orangtua seharusnya berpikir pendidikan anaknya kedepan!! Bayar uang sekolah saya saja menunggak terus ! Saya malu, Pa!' kata saya waktu itu . Dan mama sayalah korbannya . 

Mau tidak mau , seorang wanita lah yang disalahkan bila anaknya berlaku kurang ajar . Ia akan menangis di malam hari , dan meminta saya untuk menahan emosi dan bersabar . Memberitahu saya kalau Papa sedang sensitif karena ia tidak bekerja . Namun saya hanya seorang remaja berumur 14 tahun waktu itu ? Hormon - hormon saya sedang bekerja , dan saya sendiri sedang bingung dengan apa yang terjadi dengan tubuh saya , apa yang bisa saya lakukan ? bersabar?

Perselisihan kami berlanjut ketika Papa memaksa saya masuk ke SMA negri , padahal saya mau melanjutkan bersekolah di Sekolah yang lama . Dengan berat hati saya mengikuti kemauan mereka untuk bersekolah di Sekolah negri . Sekolah yang dianggap orang sekolah terbaik ,tempat orang- orang pintar berkumpul . Namun hati saya menolak nya . Perasaan tidak suka dari awal , ditambah dengan perbedaan budaya yang mencolok antara sekolah katholik dan sekolah Negri (berbasis muslim) , membuat saya terpojok . Konflik dengan guru , bolos , datang telat , saya mulai mengalaminya . Puncaknya , saya meminta kedua orangtua saya membuat surat pengunduran diri ! Saya keluar..

Dengan berat hati , Mama saya menandatangani surat pengunduran diri itu . semester berikutnya saya hanya di rumah , menunggu mengulang kelas satu tahun depan . Meski waktu itu rasanya lega bisa keluar dari sekolah itu , namun ketika mengingat momen itu sekarang , hati saya sakit rasanya . Membayangkan perasaan mama saat itu , tak mampu saya . Mama yang telah dianggap gagal oleh tetangga - tetangga karena anak pertamnya menikah di umur 17 dan meninggal karena overdosis 3 tahun kemudian , dianggap gagal karena anak keduanya dikeluarkan dari sekolah karena hendak menonjok gurunya , dan mama yang gagal karena anaknya yang cerdas tidak dididik menjadi penurut , dan malah menghancurkan hidupnya. Bisa kamu bayangkan..?

Awal january tahun lalu , Ia meninggal karena kanker payudara stadium 4 . 

Setelah menyekolahkan saya di Santa Ursula , menandatangani pengunduran diri dari Acceleration Class SMA Negri 1 Tangerang ,menandatangani surat pengunduran diri dari SMA Kristen Kanaan Tangerang, dan mendaftar jauh - jauh ke SMA Mardiyuana SERANG, akhirnya ia menyerah terhadap saya . 

Ia memendam sendirian penyakit yang dideritanya . Kanker ganas sialan yang setiap malam menyiksa tidurnya hingga tidurnya tak pernah nyenyak lagi . Kanker yang membuatnya selalu menekan2 payudaranya seringkali , hingga ia tidak sadar kalau kami tahu ada sesuatu yang aneh di payudaranya . Kanker yang ia hadapi sendirian , karena ia tak mau membuat say resah , tak mau mebuat saya berhenti sekolah kaerna tak mampu membiayai lagi karena pengobatan kemoterapi . Yah dalam kesendirian ia menanggung semuanya , dan tragisnya tanpa saya ketahui !!

Dokter gereja mengumpulkan kami sekeluarga di ruang tamu , hanya ada Papa , Cici dan saya . 'Saya hanya ingin menyampaikan kalau anggota keluarga harus bersiap - siap..' saya sudah tahu kelanjutannya . Waktu itu ia sudah sekarat . Kami tidak mempunyai uang untuk membawanya ke rumah sakit , Papa hanya merawatnya di kamar nya yang kotor dan pengap . 

Di malam hari , Ia akan mengerang - erang kesakitan dan memanggil - manggil mamanya , yaitu nenek saya . Ia hanya mengenali Nenek dan Papa saya . Saya yang menjaganya semalaman tak ia kenali . Ia hanya memanggil - manggil nenek dan papa . Apakah ini karena saya terlalu menyakiti hatinya , sehingga ia tak mampu mengingat nama saya lagi ? Saya tak tahu . Yang saya tahu ialah saat pagi tiba , saya kembali ke kamar dan menangis sesenggukan menyadari mama saya tak mau mengenali saya . beberapa hari kemudian , ia sudah tidak mampu makan dan minum . Saya memaksa papa membawanya ke rumah sakit . 

Di rumah sakit , kamar sudah penuh , dan dokter menaruh mama di ruang UGD . Karena penderitaan yang terlalu menyakitkan , suster mengajukan agar kami memberinya morfin . Dan kamipun memberinya morfin . Mamapun tak lagi mengerang kesakitan , tertidur dengan nafas yang tersendat - sendat . Saat itu pukul 22.30 , dan malam terasa amat lambat . Orang - orang mulai pulang , lampu - lampu mulai di matikan , namun saya duduk di ruang tunggu sendirian . Saya tak mampu merasakan apa - apa lagi . pukul 12,00 pihak rumah sakit memaksa kami membawa pulang mama karena peraturan yang tak mengijinkan pasien berada terlalu lama di UGD . Dengan bantuan seorang wartawan yang berdebat dan hampir berkelahi dengan dokter rumah sakit , akhirnya rumah sakit mengijinkan hingga waktu yang belum di tentukan .

Semalaman suntuk saya menunggu bersama Papa dan CIci . Melihat perutnya mulai membesar karena ginjalnya sudah hancur dimakan kanker dan tak mampu lagi memproses air infus yang masuk , merasakan kakinya yang mendingin , dan mendengarkan nafasnya yang tersendat. Saya berpikir dalam hati , "Ya Tuhan , apakah ini hukuman untuk saya ?" saya menangis dan berdoa . Tak tahu harus berdoa apa , meminta kesembuhan dengan kanker yang sudah menjalar ke otak , paru - paru , ginjal ,hati , dan darah terasa amat mustahil , tapi apakah saya harus meminta kematian ?

Jalan Tuhan berbeda dengan jalan manusia . Esok harinya , keluarga memtuskan untuk membaw mama Pulang . 2 jam setelah ia kembali ke rumah , dikelilingi Papa , nenek , cici , kaka , saya , Brenda , tante saya (adiknya) , dan beberapa teman mama , Mama meninggal pukul 14.27 . Saya merasakan hembusan terakhirnya . Dan saya menangis sejadi - jadinya bersama adik saya Brenda . 

* * * 

setahun lebih sudah berlalu setelah kejadian itu . Bulan depan saya akan lulus Sma , menjadikan saya satu - satunya anak laki - laki mama yang berhasil lulus SMA . Setelah pindah sekolah 4x , akhirnya saya lulus . Hingga kemarin malam , ketika saya ke kamar Papa hendak mencari sesuatu , saya menemukan sebuah kertas terlipat . Kertas denga tulisan yang amat saya kenal . Yeah , surat dari mama yang isinya :

'SUamiku , maafkan aku karena aku tidak mampu menjadi istri yang baik di sisimu , yang bisa menamnimu di saat kau susah . Anak - anakku , maafkan aku karena aku tidak mampu mendidik kalian di jalan yang benar . dari istrimu , dari mamamu'

dan tanpa terasa , air mata jatuh menetes dari mata saya . 

Saya berjanji , ma , saya tidak akan menjadi orang biasa . Saya akan menjadi orang yang berguna bagi keluarga ini , saya akan menjadi seorang suami yang menyayangi istri dan anak - anaknya dengan sepenuh hati , saya akan menjadi orang yang berkuasa , yang dengan pengaruhnya bisa membantu orang - orang yang mengalami kesusahan . Saya tidak akan menjadi orang yang biasa saja . Saya janji..

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalau ada 2 orang yang mati bagi kamu , apakah maknanya hidupmu untuk dirimu ? 

Terima kasih Yesus karena telah disiksa dan mati di atas kayu salib untuk saya ,

Terima kasih Mama , karena telah mati agar untuk saya , saya tak akan pernah , tak akan pernah menyia - nyiakan semuanya...

5 komentar:

  1. ko..T.T
    no comment..
    gw mpe gatau mesti ngomong apa..

    BalasHapus
  2. saya menangis membacanya, ver :(

    BalasHapus
  3. ...
    ver,,g jadi kangen bnyok g,,
    pngen pulang,,huhuu
    tbee,,pasti lw bisaa bkin nykp lw bangga,,^^

    BalasHapus