April 06, 2009

Rumah di Pinggir Padang Rumput

Pada suatu hari , hiduplah sebuah keluarga . Mereka tinggal di rumah di padang rumput . Dimana angin bertiup pelan , melambaikan setiap helai rumputnya . Bergoyang bagaikan tarian lembut anak kecil . Setiap sore , sang Ibu mengangkat jemuran yang sudah kering di belakang rumahnya . Sang Ayah dan anak pertamanya pulang dari hutan membawa kayu - kayu bakar dan daging segar untuk dimakan . Anak perempuannya membantunya memasak di dapur . Sementara itu anak laki - laki ke 2 dan ke 3 nya membantu sang ayah dan anak laki - laki pertama membawakan kayu - kayu tersebut . Dan si bungsu berjalan tertatih mengekor sang Ibu . Sore hari selalu menjadi waktu yang paling indah untuk mereka berkumpul .

Sang Ibu menikahi sang Ayah karena cinta sejati . Tak melihat harta , maupun kedudukan . Ia hanya mencintainya , dan ingin melalui sisa hidupnya bersama pria itu . Mereka menikah dan diberkati di gereja di atas bukit , tempat sebuah pohon sycamore tumbuh . Bukit itu berakhir dengan menajam di baliknya , membentuk lereng curam dan ombak dari laut biru menghempas pelan ke dindingnya . Pernikahan itu dihadiri sang mentari , si pohon sycamore dan sang bukit sebagai saksi , sementara sang angin dan sang ombak sebagai pembawa pesan , yang memberitahukan alam semesta bahwa janji suci mereka telah diikat .

Mereka tinggal disebuah rumah di pinggir padang rumput . Ibu muda itu melahirkan 3 orang anak setelahnya . 2 orang anak laki - laki , dan seorang anak perempuan di tengahnya . Sang Ayah mencari kayu dan makanan di hutan, sementara itu sang Ibu merawat ke tiga anak mereka dengan cinta . Suatu malam , hujan turun deras mengguyur bumi , petir menyambar menggelegar , itulah malam dimana sang Ibu melahirkan anak ke 4 nya . Bayi laki - laki itu menangis amat keras , dan lihatlah , sebuah tanda merah di kakinya . 'Sebuah pertanda dari langit' kata nenek yang membantu persalinan itu .

Kehidupan mereka terus berlanjut . Namun keadaan sepertinya tak lagi berpihak pada mereka . Tak lama setelah bayi perempuan lahir , anak ke lima mereka , anak pertama mereka mati dibunuh beruang ketika sedang mencari kayu bakar bersama ayahnya . Sang Ayah menjadi stress dan mengalami depresi berat . Ia menangguk banyak sekali minuman hingga mabuk dan tak lagi mampu bekerja . Perangainya berubah menjadi pemarah dan selalu memukul siapa saja ketika ia kesal . Mau tak mau sang Ibu lah yang pergi ke hutan untuk berburu dan mencari kayu bakar . Si anak laki - laki kedua memutuskan untuk bekerja di sebuah kota yang jauh , hendak membantu orangtuanya . Bulan berlalu , musim berganti , namun anak itu tak pernah kembali ke rumahnya di pinggir padang rumput . Perlahan , sang Ibu belajar untuk tidak menunggu si anak kembali , meski di hatinya , ia selalu mengkhuatirkan keadaan si anak laki - laki kedua itu . nak perempuan pertamanya sudah semakin bertumbuh dewasa , dan sudah saatnyalah dipinang . Namun karena ia tak mau meninggalkan keluarganya dalam keadaan hancur , ia menolak setiap pinangan yang datang .

Tinggalah si anak laki - laki ke tiga yang menjadi harapan keluarga itu . Ia anak laki - laki dengan otak cerdas dan berwajah tampan . Kulitnya putih dan bersih . Sang Ibu ingin anak laki - laki ketiganya itu mengikuti ujian kerajaan , agar ia bisa bersekolah dan memiliki masa depan yang baik . Karena itu ia menyuruhnya belajar yang rajin , dan tak pernah memintanya membantunya ke hutan . Karena menjadi harapan keluarga itu , si anak laki - laki menjadi sombong , apalagi ia berhasil di terima di perguruan kerajaan . Ia mulai menolak keluarganya . Ibunya yang sudah bekerja keras pun membuat hatinya kesal karena ibunya hanya seorang pencari kayu bakar . Ia memaksa ibunya untuk tidak pernah menyuruhnya membantunya di hutan , padahal ibunya tak pernah memintanya . Hari sekolah pun tiba . Si anak merasa rendah diri setelah tiba di sekolah kerajaan . Semua anak berasal dari keluarga baik - baik dan terpandang , sementara ia berasal dari keluarga yang hancur . Liburan musim panas tiba , dan ia pulang ke rumah di pinggir padang rumput dengan kesal . Tahun - tahun berlalu , dan tibalah waktunya si anak laki - laki itu menghadapi ujian akhir perguruan kerajaan . Sang Ibu pergi ke hutan seiap hari dan pulang lebih malam agar anaknya bisa mengikuti ujian akhir tersebut .

Suatu malam hujan turun amat deras , namun sang Ibu berkeras untuk memungut kayu bakar di dalam hutan . Dengan tubuh menggigil kedinginan dan lemas karena sakit , sang Ibu masuk lebih dalam ke dalam hutan untuk mencari kayu - kayu untuk ia jual . Hujan tak berhenti , dan turun semakin lebat , sang Ibu terpaksa harus kembali . Namun sial baginya , malam sudah terlalu pekat dan gelap gulita menyelimuti hutan karena tidak ada bintang dan bulan . Hujan yang terus - terusan mengguyur tubuhnya membuat sang Ibu tak mampu lagi menahan dinginnya malam .

Keesokan harinya si ayah pembauk , si anak perempuan pertama , si anak laki - laki ketiga dan si bungsu menunggu sang Ibu karena tak kunjung pulang . Seharian mereka menunggu , namun sang Ibu tak kunjung pulang . 2 hari berlalu namun ia tak kunjung pulang . Suatu sore di hari ke empat, seorang pengembara yang baru melewati hutan memberitahu bahwa ada seorang wanita mati kedinginan di dalam hutan 4 hari lalu . Mayatnya ditemukan tercabik - cabik dimakan beruang hutan yang ganas , dan babi - babi hutan menggerogoti kepalanya .

Si anak perempuan jatuh pingsan seketika , dan tangis meledak dari mulut sang ayah dan si bungsu . Sementara itu si anak laki - laki tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan , air matanya tak bisa keluar , jeritnya tersekat di ujung tenggorokannya . Hatinya hancur seketika , dan takkan pernah bisa kembali seperti sebelumnya . Penyesalan yang terlambat tak pernah ada artinya .

Hari - hari berlalu semenjak kematian sang Ibu . Si anak perempuan pertama menikah dengan seorang saudagar muda dan tampan . Ia diajak berkeliling dunia untuk mencari barang - barang untuk dijual . Sesekali ia datang ke rumah di pinggir padang rumput , menjenguk adik dan ayahnya . Anak laki - laki kedua akhirnya kembali dengan membawa kereta - kereta penuh uang dan istri dari negri selatan . Saat mengetahui kematian Ibunya , ia menangis penuh duka dan penyesalan , namun ia berjanji untuk membayar semuanya di masa yang akan datang , penyesalan yang terlambat tak pernah ada artinya . Sang ayah, yang tak mau tenggelam dalam kesedihan , akhirnya memutuskan suatu hal yang penting . Ia pergi ke hutan membawa peralatan mencari kayunya . Namun kali ini bukan kayu yang ia cari , tapi beruang pembunuh itu . Ia menemukan beruang itu sedang memakan ikan dari sungai , dengan penuh amarah dan kesedihannya , ia menghantam beruang itu dengan segala kekuatannya . Dibunuhnya beruang yang telah menghancurkan hidupnya dan keluarganya itu , dan matilah beruang itu . Setelah hari itu , sang ayah bangun dengan semangat yang baru untuk menghadapi hidup dan membesarkan si bungsu . 

2 Minggu lagi anak laki - laki ketiga menghadapi ujian akhir . Semua hal telah berubah setelah kejadian itu . Anak itu berubah menjadi lebih pendiam . Ia telah menghadapi kedewasaan dengan pelajaran berharga yang amat mahal harganya . Siang malam ia belajar dengan amat giat . Ia menanamkan dalam hatinya yang terdalam , bahwa ia harus lulus dengan nilai yang terbaik ! Ia tak akan menyia - nyiakan apa yang telah Ibunya lakukan untuknya . Ia adalah harapan keluarganya . Harapan Ibunya , dan ia menyadari sebuah kebenaran , yaitu bahwa Ibunya telah mempercayakan tanggung jawab untuk menjadi orang besar kepada dirinya .

Ya , ia tak boleh menjadi anak yang biasa saja . Ia harus menjadi orang besar suatu saat nanti .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  

"Itu apa?" tanya seorang teman sambil menunjuk bercak merah di betis saya . Ia menekan - nekannya , dan ajaibnya tanda itu memudar perlahan , namun beberapa saat kemudian kembali memerah . "Apa sih ini ?"

Saya tersenyum manis mendengar pertanyaan itu . "Ini pertanda dari langit ." jawab saya sambil tersenyum lebar .

Teman saya mengerutkan dahinya dan memasang tampang 'konyol-sekali-jawaban-itu?!' . Namun bel masuk berbunyi keras sekali . Kamipun masuk ke dalam kelas . 2 minggu dari saat ini , semua hal akan berubah . Dan kita akan berjuang dengan sekuat tenaga untuk menghadapinya . Semua kerja keras , jerih payah dan cinta kasih mama , akan selalu menjadi semangat dalam hati saya . Terima kasih atas semua yang telah mama berikan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar